Misteri Rembulan Bercahaya
Misteri Rembulan Bercahaya
Oleh : Annisa Aulya
Arriyahiyah
Saat itu bulan sedang menyinari bumi excel, aku melangkahkan kaki menuju rumahku yang
dipenuhi dengan gemerlapan cahaya. Aku mulai meletakkan kapten merahku yang bermerekkan
swallow dihalaman mungil cahaya ini. Tanpa berlama lama aku masuk kerumah
dengan berawankan baliho perpustakaan. Sesampaiku didalam ruangan yang berkutub
dan berderajat itu aku langsung duduk dibagian samping ruangan sembari
menyandarkan punggungku ke semen bercat yellow
itu
Dalam ruangan berkutub tersebut aku dapat pelajaran menulis
paragraf paragraf dengan baik yang dipembinai oleh pahlawan yang paling
terhormat. Kumenatap kearah laptop besar tanpa keyboard itu. Kumembaca setiap
bait dalam slide yang ditayangkan. Kumenyimaknya dan berharap semoga apa yang
aku pelajari ini bisa kuteladankan esok bahkan selamanya. Tetapi aura aura
kenegatifan itu menyiksaku bersama dengan alunan kutub kutub berderajat itu.
Namun bisakah aku melawan aura aura kenegatifan itu? Apakah bisa
aku menghadapinya? Ku coba yakinkan dalam segumpal daging yang beridentitas
darah itu dan seluruh hasrat dalam tubuhku bahwa aku pasti bisa. Kuputuskan
untuk mulai beristiqomah kembali pada pelajaranku sebelumnya. Sedikit sedikit
akhirnya kudapat kembali kejalannya yang benar.
Tak kusangkah waktu mulai menuntun kami agar segerah
meninggalkan cahaya rumah ini. Meninggalkan ruangan yang memiliki kutub
berderajat ini. Namun aku tidak pernah berlawanan senang setiap ingin
meninggalkannya karena aku tahu bahwa setelah matahari terbit aku masih bisa
kembali ke cahaya ini lagi. Kuharap ku bisa menjadi cahaya yang gemerlapan
bahkan membawa cahaya itu menjadi sebuah bintang bintang diangkasa luas.
nice, ica
BalasHapus